Jumat, 13 Agustus 2010

CINTA DALAM ISLAM

Bismillahirahmanirrahiim...

"tulisan ini pernah aku post sebelumnya dengan judul yg sama dan beberapa komentar yang menyenangkan dan mendukung, ^_^
Aku sedikit lupa dari mana kudapat sumbernya. Disini ku hanya ingin mengulang dan membacanya kembali, terlebih ingin kubagi....."

Selamat menikmati.....

Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia.
Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa.
Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.

`Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik .`(QS. Ali Imran :14).

Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mengejwantahkan rasa cinta itu dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semua itu adalah penuh dengan tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik.

Rasulullah SAW bersabda,
`Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku`.

wanita diciptakan dari tulang rusuk pria,
bukan dari kepalanya untuk jadi atasnanya,
juga bukan dari kakinya untuk diinjak dan dijadikan alas.
melainkan dari sisinya untuk menjadi teman hidupnya,
dekat dengan lengannya untuk dilindungi dan dinaungi,
dekat dengan hatinya untuk dicintai dan dikasihi.

Dalam konsep islam, cinta pada lawan jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan di antara mereka berdua sudah jelas, ikatan sakral pernikahan. sebelum ada ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat. Sebab cinta dalam pandangan islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin diucapkan atau digoreskan di atas surat cinta belaka. Atau janji muluk-muluk lewat kata-kata bualan belaka.
Cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung jawab yang disaksikan orang banyak. Bahkan ucapan janji itu tidaklah ditujukan pada pasangan, melainkan kepada ayah kandung atau wali dari wanita dambaannya itu. Maka seorang laki-laki yang bertangggung jawab akan berikrar dan melakukan ikatan itu untuk menjadikan wanita itu sebagai
pedamping hidupnya, mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi 'pelindung' dan 'pengayomnya'. Bahkan 'mengambil alih' kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya. KEREN BUKAN cinta dalam islam yg sesungguhnya....

dengan ikatan itu, jadilah seorang laki-laki 'the real gentleman' karena dia telah menjadi suami seorang wanita dan bersedia bertanggung jawab atas istrinya serta menjaga kehormatannya.
Inilah yang akan membedakan apakah seorang laki-laki itu 'gentleman' atau 'laki-laki iseng tanpa nyali'. yang hanya berani menggombal untuk mencari nikmat sensasi seksual, tapi tidak berani jadi the real man.

cinta yang sebenarnya telah disalah artikan dengan istilah pacaran di kalangan muda. sebab, sesungguhnya cinta itu memiliki tanggung jawab, ikatan syah dan sebuah kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak ada. Tidak ada ketentuan jelas tentang kesetiaan dan sebagainya. Segala bentuk aktivitas pacaran hanyalah kencan dan bersenang-senang, sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Bahkan sama sekali jarang ditemui adanya tanggung jawab antara mereka.

Kalau pun pacaran itu dianggap sebagai proses perkenalan untuk jenjang pernikahan, hal itu tidak sepenuhnya benar. Karena pada kenyataannya proses pacaran sangat jauh berbeda dengan dunia pernikahan. Dimana saat berkencan berdua akan hanya ditampakkan hal-hal yang baik saja, mengenakan baju bagus, berparfum, bersolek, pergi ke tempat-tempat indah, dsb.
Padahal saat telah menikah nanti, semua itu akan sangat jarang atau bahkan tidak ditemukan.
Tidak setiap saat istri bersolek, berpakaian bagus, dan berparfum, bahkan mereka tidak selalu ke tempat-tempat indah saat berpacaran dulu. Perbedaan yang signifikan itulah nantinya yang akan dapat meretakkan pondasi rumah tangga.

Dalam Islam, dikenal istilah ta'aruf sebagai sarana proses perkenalan untuk jenjang pernikahan.
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,`Wanita itu dinikahi karena 4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa` fiddin nomor 4700,
Muslim Kitabur-Radha` Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)

Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting. Subhanallah....
Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebaga ta`aruf. Jauh lebih bermanfaat dan obyektif ketimbang kencan berdua.

Alhamdulillahi Rabbil Alamiin,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar